Penyakit yang perlu diwaspadai jika terjangkit pada anak, diantaranya adalah:
1. AIDS
AIDS adalah penyakit berbahaya yang disebabkan virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Membiarkannya bisa mengakibatkan infeksi. Jumlah Anak yang terkena AIDS dari ibunya semakin meningkat. Mungkin pendidik tidak tahu ada anak di kelas yang terkena AIDS atau HIV. Anak mungkin tidak sadar mengidap penyakit tersebut. Karena banyak diskriminasi terhadap pengidap penyakit ini, banyak pemerintah yang melarang orang tua memberitahu pihak sekolah.
AIDS tidak menular melalui sentuhan kulit, gigitan, pelukan, ciuman atau berbagi kamar mandi atau air minum. Hal yang harus diperhatikan sekolah adalah jika ada anak yang mengidap HIV positif tertular penyakit dari anak lain yang akan berbahaya baginya. Anak penginap AIDS kesehatan fisiknya sangat lemah (Deiner, 1993. hal 224). Diskusikan dengan orang tua seberaba besar anda dapat membantu seperti anda akan melakukannya terhadap anak yang memiliki keterbatasan fisik.
2. Alergi dan Asma
Alergi adalah sensitifitas seseorang terhadap zat tertentu. Alergi merupakan penyakit yang paling sering diderita anak prasekolah, sekitar satu pertiga dari penyakit yang sering diderita anak prasekolah. Serbuk sari bunga, debu dan hewan bisa mengakibatkan alergi dengan gejala mirip flu. Jika anak menderita gejala tersebut, meskipun berhubungan dengan cuaca, hubungi keluarga dan tanyakan apakah anak memiliki alergi atau tidak (Deiner, 1993, hal.225). Dalam hal ini, kelas harus sering di sapu dan dibersihkan sehingga bebas dari debu. AC dan pemanas ruangan harus sering dibersihkan atau diganti.
Makanan umumnya bisa juga menjadi sumber alergi. Hampir 90% makanan penyebab alergi adalah makanan yang berasal dari kacang-kacangan, cokelat, buah masam, sereal dan produk berlemak, ikan, kerang-kerangan, susu, telur, minuman cola, beri, tomat, kayu manis, dan makanan berwarna (Deiner 1993). Jika anak bereaksi alergi setelah memakan makanan tersebut, hubungi orang tua atau ahli kesehatan.
Gigitan serangga juga bisa menjadi masalah serius untuk beberapa alergi pada anak-anak dan bisa menjadi fatal. Berkeringat dan panas di sekitar wajah dan leher diikuti susah bernafas harus direspon dengan cepat. Tanaman liar bisa menjadi tempat hidup lebah dan nyamuk yang menyebabkan masalah alergi pada anak. Pendidik harus memastikan reaksi apa yang biasanya di alami anak, apa yang bisa dilakukan dan apa efek samping dari obat yang diberikan (Deiner, 1993). Anak-anak terkadang memegang ulat berbulu yang bisa menyebabkan reaksi pada kulit seperti gatal atau ruam.
Asma diderita sekitar 2% dari jumlah populasi di Amerika dan awalnya sering pada anak usia dini, dengan prosentasi anak laki-laki lebih besar dua kali lipat dari anak perempuan. Asma disebabkan kerusakan tube brachial kecil yang menyebabkan susah bernafas, batuk, nafas terengah dan tercekik. Alergi adalah penyebab terbesar meskipun terlalu lelah juga dapat menyebabkan serangan. Asma lebih sering terjadi di pagi hari tanpa di duga yang mengakibatkan kepanikan anak dan orang di sekitarnya. Pendidik harus mengetahui bagaimana menolong anak menggunakan obat dari dokter atau inhaler dan pada saat tersebut disarankan anak duduk, tidak berbaring (Deiner, 1993).
Memainkan drama dramatis dapat menolong anak yang memiliki alergi atau asma untuk mengelola rasa takut mereka seperti halnya dengan anak yang takut pada dokter dan tembakan. Kelas bisa di set sebagai ruang gawat darurat misalnya dengan meja periksa palsu, mesin rongent, dan alat pernafasan. Anak memakai masker pura-puranya supaya tidak tertular (Goldberg, 1994). Guru bisa mengundang petugas medis untuk berbicara pada anak-anak. Permainan seperti itu diperlukan anak-anak yang bisa menolong mengatasi kekhawatiran mereka. Terluka, kecelakaan, dan orang jahat merupakan hal yang mengkhawatirkan bagi anak (Goldberg, 1994. hal. 35)
3. Attention-Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)
Meskipun bukan penyakit, ADHD merupakan ketidaknormalan yang bisa diderita 3% sampai 5% anak. Anak dengan ADHD biasanya sangat aktif, kurang memperhatikan, tidak dapat berkonsentrasi lama dalam mengerjakan tugas, dan impulsif ketika memberikan respon terhadap kejadian dan orang. Gejala ini pun sering diderita anak laki-laki dari pada perempuan (Landau & McAnich, 1993, hal 49).
Anak dengan kekurangan konsentrasi ini sulit untuk bisa diam di sekolah, sulit berbagi, menunggu sesuatu atau bekerjasama dengan orang lain. Mereka menunjukan gerakan dan vokalisasi yang ekstentif serta bisa berkelahi dan sangat pembangkang. Mengkonsumsi gula bukanlah sebagai penyebab kelainan ini sperti yang diperkirakan sebelumnya, bukan juga karena aktifitas menangis anak. (Landau & McAnich, 1993, hal 49).
Karena aktivitasnya yang berlebihan, respon yang impulsif dan ketidakmampuan memperhatikan juga merupakan hal yang biasa pada anak pra sekolah. Guru dan orang tua memerlukan ahli untuk mendiagnosa kelainan ini. Untuk beberapa anak, lingkungan yang sangat terstruktur juga bisa menyebabkan anak berprilaku hiperaktif. Biasanya anak berprilaku hiperaktif ketika usia pra sekolah.
Respon terbaik yang harus diberikan terhadap anak yang hiperaktif adalah menerima mereka sebagaimana adanya dan memperlihatkan penerimaan anda, mengatur prilaku mereka yang berlebih dalam keadaan yang terkendali dan menghargai mereka bahkan dalam hal kecil. Mereka sering tidak diterima teman sebaya yang bisa mengakibatkan rendahnya rasa percaya diri. Hargai usaha mereka dan ciptakan lingkungan yang bisa membuat mereka bebas bergerak dengan banyak aktivitas sehingga mereka bisa memilih yang mereka sukai.
Sangat penting untuk berdiskusi setiap hari dengan orang tua tentang bagaimana prilaku anak di rumah dan apa yang paling baik dilakukan di sekolah. Untuk beberapa anak dengan keterbatasan konsentrasi ini, lebih baik dimasukan dalam lingkungan sekolah yang tidak terlalu besar.
4. Pelecehan Anak
Anak yang dilecehkan adalah anak yang orang tuanya atau pengasuhnya memperlakukan tidak baik, diterlantarkan, atau secara sengaja disakiti. Sebagai guru, kita memiliki tanggung jawab untuk melaporkan kasus pelecehan anak. Pelecehan anak ini bisa secara fisik, emosional, verbal dan sexual sepertihalnya penelantaran secara fisik dan emosional. Pelecehan fisik biasanya lebih mudah di disadari karena dapat di lihat, tapi memungkinkan juga bagi guru untuk mengidentifikasi bentuk pelecehan lainnya.
Anak yang menderita pelecehan seksual dapat menderita luka yang berulang dan tidak di duga. Seperti luka bakar, memar, bilur atau tercabut rambut. Mereka mengeluh perlakuan kasar atau menjadi takut terhadap orang dewasa, termasuk orang tua. Terkadang mereka terlihat kurang gizi atau dehidrasi. Mereka menjadi menarik diri dari lingkungannya atau terkadang menjadi pengganggu. Anak yang terlantar secara fisik akan terlihat tidak bersih, bau badannya tidak enak atau memakai sepatu dan pakaian dengan ukuran salah. Meraka mungkin terancam penyakit. Mereka mungkin kelaparan atau lelah dan banyak menghabiskan waktu sendiri.
Anak yang terlecehkan atau terlantar secara emosional lebih sulit untuk diidentifikasi, tapi pada umumnya mereka tidak bahagia dan jarang tersenyum. Terkadang mereke menarik diri dari lingkungannya atau menjadi pembangkang. Sering mereka bereaksi tanpa emosi terhadap perkataan dan situasi yang tidak enak. Mereka terlihat apatis dan jarang berpartisipasi dalam aktivitas kelas.
Anak yang mendapatkan pelecehan sexual, pakaian dalamnya terkoyak atau ternoda. Mereka mengeluh rasa sakit atau gatal di daerah kemaluan atau kesulitan buang air kecil. Mereka juga jadi menarik diri atau bermasalah bergaul dengan anak orang lain.
Anak-anak tersebut membutuhkan pertolongan dalam dua hal. Pertama guru harus menerima mereka dan memperlakukan mereka sebagai anak yang berharga dan biarkan mereka mengetahuinya. Mereka memerlukan pengalaman kesuksesan dan bangga akan hal itu. Pada saat yang bersamaan, pelecehan harus dihentikan.
Hukum yang berlaku di Amerika Serikat memperbolehkan pembimbing anak melaporkan kasus pelecehan. Sebagian besar pemerintahan negara bagian AS menyediakan layanan Hot line 24 jam . Laporan telepon harus diikuti laporan tertulis dalam tenggak waktu 24 jam. Kemudian petugas akan mengontak Departemen Layanan Sosial setempat yang akan mengirim petugas untuk melakukan investigasi dan mengambil tindakan dengan keluarga yang terkait.
Jika guru mencurigai bahwa seorang anak menjadi korban pelecehan atau penelantaran, guru harus menghubungi atasannya atau ahli kesehatan untuk memeriksa keadaan. Guru juga harus mempertimbangkan kebijakan sekolah ketika melaporkan pelecehan anak. Jika tidak mengetahuinya, minta program layanan untuk menjabarkan berbagai kebijakan mengenai pelecehan dan penelantaran.
5. Infeksi Pendengaran
Infeksi telinga merupakan penyakit urutan kedua yang paling sering diderita anak. Penting bagi guru untuk mengetahui penyakit ini karena anak dengan infeksi telinga memiliki cairan dalam bagian tengah telinganya yang dapat menyebabkan tidak bisa mendengar selama seminggu atau kadang sebulan. Ketika hal tersebut terjadi lebih lama, anak dapat mengalami kesulitan belajar bahasa dan tidak bisa berkonsentrasi.
Guru dapat menolong mengurangi infeksi telinga dengan mencegah tersebarnya flu di kelas karena flu bisa menyebabkan infeksi telinga. Bantu anak yang menderita flu untuk menutup hidung dan mulut mereka ketika mereka batuk dan pastikan dia, anda dan semua anak mencuci tangan setelah menggunakan tisu. Bersihkan juga mainan, keran air atau alat lain yang biasa dipegang anak. Jika ada anak yang mengalami gangguan pendengaran, hubungi keluarga dan sarankan mereka untuk memeriksa telinga anak. Infeksi telinga biasanya diobati dengan antibiotik, tapi untuk infeksi permanen telinga anak juga biasanya dikeringkan dengan pipa.
Lingkungan kelas dapat juga membantu pendengaran anak jika guru berbicara dengan kata-kata yang mudah di tangkap anak. Karpet di lantai, gorden jendela dan hiasan dinding di tembok dapat menyerap suara. Lebih baik anak-anak memakai headset ketika mendengar musik dari pada menyetel musik di kelas. Memberi aktivitas kelompok kecil dari pada aktifitas kelas. Berdiri atau duduk dekat dengan anak ketika berbicara dan membuat kontak mata dengan mereka sehingga mereka bisa melihat gerakan bibir anda. Anak-anak dengan tipe penyakit pendengaran lainnya dapat terbantu jika orang yang berada disekitar bicaranya mudah di dengar.
6. Cacat Fisik dan Mental
Semakin banyak sekolah khusus untuk anak dengan keterbatasan fisik disatukan menjadi sekolah biasa. Anak dengan kawat gigi dan kursi roda, anak yang cacat, dan anak yang memiliki keterbelakangan mental, perkembangannya akan maksimal dalam program inklusi. Penelitian telah menemukan bahwa:
Anak dengan keterbatasan fisik dapat bermain dengan lebih baik pada kelas inklusif dengan anak normal daripada di kelas yang seragam. (Diamond, Hestenes & O’Corner, 1994 hal. 69)
Sedangkan anak yang tidak cacat tetap dapat berkembang baik. Mereka akan lebih menerima perbedaan, lebih nyaman bergaul dengan anak yang memiliki keterbatasan dan secara umum lebih penolong dengan sesamanya.
Bagaimana dengan masalah kebutuhan pemeriharaan kesehatan? Sebagai pendidik di kelas yang melibatkan anak berkebutuhan khusus, harus faham dengan kebutuhan khusus seperti obat-obatan atau diet khusus. Mereka mungkin akan lebih mudah sakit dari pada anak yang lain atau proses penyembuhan yang lebih atau memerlukan istirahat yang banyak. Dokter dan orang tua dapat membantu guru menentukan peralatan kesehatan lain yang diperlukan.
Di Amerika Serikat terdapat peraturan pemerintah yang mengatur bahwa guru, para ahli kesehatan dan kebutuhan khusus menyusun Layanan Perencanaan Keluarga (Family Service Plan) untuk memasyarakatkan perkembangan anak berkebutuhan khusus. Sangat penting berhubungan baik dengan orang tua sehingga pendidik tahu harapan mereka. Supaya anak berkebutuhan khusus bisa bergerak bebas di kelas, maka pendidik sebaiknya menyusun ulang furniture, jalan atau menyususn kegiatan yang bisa diikuti.
Dapatkah anak lain menerima temannya yang berkebutuhan khusus? Jika pendidik memperlakukan anak sama, maka anak pun akan mencontoh prilaku tersebut. Atau dengan cara menyediakan buku bacaan bergambar dengan tokoh utama anak berkebutuhan khusus.
[Endah, https://parentingislami.wordpress.com%5D
DAFTAR PUSTAKA
- Beaty, Janice J (1996) Skills for Preschool Teachers, fifth edition, New Jersey: Pretice Hall
- Decker, Celia A & Decker, Jhon R. (1988) Planning and Administering Early Childhood Programs, Ohio: Merril Oden, Serri (2003), the Development of Social Competence in Children, http://www.ericfacility.net/ericdigests/ed281610.html
- Peterson, Candida (1996) looking forward through the Lifespan, third edition, Australia: Pretice Hall
- Staff Ahli Bappenas (2006) Studi Kebijakan Pengembangan Anak Usia Dini yang Holistik dan Terintegrasi, Jakarta: BAPPENAS
- Santrock, John (1994) Child Development, New York: McGrow
- Yusuf, Syamsu LN (2002) Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung: PT Remaja Rosdakarya
- http://www.usaid.gov/our_work/global_health/mch/index.html
Filed under: Kesehatan, PAUD | Tagged: Anak, artikel, Islami, islamic parenting, Kesehatan, Kesehatan Anak, makalah, makalah kesehatan, Parenting, Parenting Child Education (PAUD), parenting islami, PAUD, Pendidikan, Penyakit Anak, perkembangan anak | 5 Comments »